Berita

Efek Domino Era Konten Digital Tanpa Batas

×

Efek Domino Era Konten Digital Tanpa Batas

Sebarkan artikel ini

Alarm bagi Masyarakat untuk Lebih Kritis

ARAHRAKYAT– Gelombang transformasi digital yang kian tak terbendung mulai memicu kekhawatiran akan dampak sosial yang serius di masyarakat. Ledakan konten digital di berbagai platform daring dinilai tidak hanya membawa kemudahan akses informasi, tetapi juga memicu tantangan serius terhadap etika dan nilai moral.

Pemerhati Penyiaran Ramah Anak, Triana Maharani, mengingatkan bahwa konsumsi konten yang tidak terfilter berpotensi merusak nilai sosial, norma, hingga kesehatan mental publik, terutama generasi muda.

“Banyak konten yang sejatinya tidak sesuai norma sosial atau bahkan tidak ramah anak, lolos begitu saja ke hadapan publik. Tanpa pengawasan memadai, konten semacam itu berpotensi menciptakan kerentanan sosial yang lebih luas,” kata Triana di Lubukbasung, Kamis (10/7).

Triana menyoroti konten prank yang mempermalukan orang lain, kekerasan terselubung, hingga konten seksual yang dikemas samar-samar demi mengejar popularitas di media sosial. Fenomena ini dinilainya semakin memperburuk kondisi psikologis masyarakat.

“Algoritma platform kerap mendorong konten sensasional demi engagement, tanpa mempertimbangkan nilai edukasi atau keamanan psikologis penonton,” tegasnya.

Menurutnya, dampak sosial dari konten digital bukan hanya soal individu, tetapi juga memengaruhi hubungan sosial, pola pikir, hingga budaya masyarakat.

Ia menilai, publik kini makin sering terpecah oleh perdebatan tajam di ruang digital, bahkan memicu tindakan saling membenci akibat terpancing konten provokatif.

“Dunia digital tak bisa dihadapi semata-mata dengan pendekatan hukum. Ada batas-batas yang hanya bisa disentuh oleh kesadaran bersama,” ujarnya.

Triana juga mengingatkan, kecepatan penyebaran informasi di platform digital memicu efek domino yang sulit dikendalikan, terutama jika kontennya mengandung hoaks, ujaran kebencian atau nilai kekerasan.

“Kita tidak bisa menutup mata bahwa batas antara penyiaran konvensional dan digital kini semakin tipis, bahkan nyaris menghilang. Apa yang dulu hanya tersaji lewat televisi, kini bisa diakses kapan saja melalui internet,” katanya.

Baca juga  Tunggu Pembeli, Pengedar Sabu Diamankan di Sungai Batang

Menurutnya, masyarakat memiliki peran vital untuk mengontrol diri sebagai konsumen sekaligus menjadi pengawas sosial. Kesadaran kolektif dibutuhkan agar tidak ikut menyebarkan konten yang berpotensi merusak nilai sosial dan moral.

Memanfaatkan kanal pengaduan publik terhadap konten bermasalah juga menjadi salah satu langkah penting.

Tak hanya hotline telepon, ia mendorong adanya teknologi pengaduan modern berbasis aplikasi, chatbot atau kecerdasan buatan (AI), agar lebih memudahkan masyarakat untuk melaporkan konten digital yang bermasalah.

Triana menilai, kondisi ini tidak bisa hanya dibebankan pada lembaga pengawas seperti Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Lebih jauh, menurutnya, literasi digital menjadi salah satu senjata penting agar publik tidak mudah terjebak dalam pusaran konten negatif.

“Benteng utama pengawasan moral tetap ada di rumah, di tangan para orang tua. Dunia digital, bagaimanapun, memiliki dua sisi, ia membawa manfaat besar, tetapi juga risiko besar,” tegasnya.

Triana menambahkan, hanya dengan kesadaran kolektif, kolaborasi berbagai pihak, serta keberanian masyarakat bersikap kritis, ruang digital Indonesia dapat dijaga agar tetap sehat dan aman untuk semua kalangan.

“Saya meyakini, hanya keberanian yang membuat kita tetap berdaya di era digital ini,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *