Berita

Tekan Inflasi, BI Konsisten Kembangkan Sektor Pertanian Sumbar

×

Tekan Inflasi, BI Konsisten Kembangkan Sektor Pertanian Sumbar

Sebarkan artikel ini
SEKOLAH LAPANG: BI Perwakilan Sumbar melanjutkan program Sekolah Lapang (SL) DAUN Tahap Ketiga di Sanggar Pesona Pusako Budaya Koto Gadang, Ampek Koto, Agam.

ARAHRAKYAT- Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Sumatera Barat (Sumbar) secara konsisten terus mendorong perkembangan sektor pertanian di Sumbar lewat program “Dari Nagari untuk Negeri” atau DAUN. Program yang sudah memasuki tahap ketiga Sekolah Lapang (SL) tersebut diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan dari hulu ke hilir dan mempercepat transformasi perekonomian daerah.

“Kami merancang Program Daun untuk menyelaraskan berbagai program daerah dengan kebijakan pemerintah pusat, terutama terkait dengan ketahanan pangan. Jadi, bersama pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, kita ingin pertanian di Sumbar ini semakin berkembang,” kata Deputi Kepala Perwakilan BI Sumbar, Muhamad Irfan Sukarna saat membuka SL DAUN tahap ketiga di Nagari Kotogadang, Ampekkoto, Agam, Rabu (2/7).

Program DAUN sendiri, lanjutnya, baru digulirkan tahun ini dan sudah memasuki tahap ketiga Sekolah Lapang saat ini. Sekolah Lapang tahap pertama diselenggarakan di Pesisir Selatan, kedua di Solok Selatan dan tahap ketiga di Agam.

Irfan menekankan SL DAUN tahap ketiga ini berfokus pada pengendalian harga atau inflasi. Setidaknya ada tiga komoditas yang menjadi penyumbang inflasi tertinggi di Sumbar, yakni padi, bawang merah dan cabe merah.

Secara khusus, menurutnya, Agam merupakan produsen utama cabe merah di Sumbar dengan kontribusi sekitar 29 persen. Namun dari segi produktivitasnya masih ada beberapa daerah lain yang lebih tinggi. Sementara untuk produksi padi dan bawang merah juga masih mengalami berbagai tantangan.

“Tantangan ini sebagaimana diketahui adanya bencana di Agam yang mengakibatkan berkurangnya luas lahan, ada juga alih fungsi lahan yang mempengaruhi kepada hasil lahan itu sendiri. Nah melalui SL DAUN tahap ketiga ini kami berupaya untuk meningkatkan pemahaman peserta untuk meningkatkan produktivitas pertanian, mendorong keterhubungan baik dengan perbankan maupun sesama UMKM dan kelompok tani antar-wilayah,” jelasnya.

Baca juga  Media Berperan dalam Pembangunan

Berdasarkan evaluasi sekolah lapang tahap pertama dan kedua di Pesisir Selatan dan Solok Selatan, kata dia, telah mendorong lahirnya lahan-lahan percontohan pertanian organik di tingkat nagari.

Kemudian terdapat juga peningkatan kapasitas petani dalam penerapan pertanian berkelanjutan, termasuk pemanfaatan bahan organik lokal. Sekaligus memperluas jejaring di kalangan petani dalam berbagi pengetahuan, berbagi pupuk organik dan strategi pemasaran hasil pertanian.

“Untuk tahap ketiga ini peserta akan dibekali tentang digital farming, kita fasilitasi juga akses pembiayaan. Nantinya kita undang juga pihak-pihak perbankan supaya petani dapat melihat dan mendapatkan opsi-opsi pembiayaan dari perbankan. Untuk peserta juga lebih banyak pada tahap ketiga ini, berasal dari 11 kabupaten/kota, sehingga diharapkan dapat menghasilkan terobosan yang lebih bagus” katanya.

Mengingat DAUN merupakan program kolaborasi, Irfan berharap pemerintah provinsi dan kabupaten/kota tetap mensupport keberlanjutannya ke depan. “Nanti kita juga buka opsi untuk dukungan sarana dan prasarana pertanian bagi petani. Namun ada sejumlah persyaratan yang nanti akan dijabarkan ke peserta melalui materi,” pungkas Irfan.

Sementara, Inspektur Daerah Kabupaten Agam, Welfizar yang turut hadir mewakili Bupati Agam saat pembukaan SL DAUN tersebut, menekankan, mayoritas masyarakat di Agam berprofesi sebagai petani. Sehingga pemerintah daerah, katanya, pastinya akan mensupport penuh program BI Perwakilan Sumbar untuk memajukan sektor pertanian di Agam.

“Program DAUN ini akan kita sukseskan bersama-sama di Kabupaten Agam. Bagi kita ini adalah sesuatu yang mahal, momen ini bisa kita manfaatkan memperluas jaringan untuk pemasaran hasil pertanian kita. Pastinya BI juga akan mendukung perluasan akses tersebut,” katanya.

Menurutnya, sektor pertanian organik saat ini berada dalam tren perkembangan yang sangat positif. Pemkab Agam sendiri memiliki program unggulan pertanian organik bertajuk sawah pokok murah (SPM). “Bahkan sekelas Jack Ma sudah invest ke sektor pertanian organik. Artinya ke depan pertanian organik akan berkembang pesat nantinya,” beber Welfizar.

Baca juga  Bawa Senpi dan 91,06 gram Sabu, Dua Bandar Lintas Provinsi Dibekuk di Bukittinggi

Senada, Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Perkebunan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumbar, Dedek Sri Aulia turut mengapresiasi BI yang memiliki banyak kegiatan di bidang pertanian saat ini. Dinas Pertanian Sumbar akan terus mendukung setiap program tersebut agar terus berlanjut.

“Pertanian organik itu bisa maju dan berkembang dengan digitalisasi atau digital farming. Namun ketika transisi dari non ke organik itu pasti agak turun. Sehingga perlu upaya-upaya keberlanjutan. Sehingga kita akan terus mendukung BI untuk lebih sering mengadakan kegiatan-kegiatan seperti ini,” katanya.

Di Sumbar sendiri, lanjutnya, baru tercatat 23 sertifikat organik aktif, sedangkan total luas lahan yang tersertifikasi itu seluas 46,57 hektar. Rinciannya padi organik seluas 39,62 hektar, sayuran organik tiga hektar dan kopi organik 3,95 hektar. Untuk produksi pupuk organik lebih kurang 24 ton per bulan.

Diketahui, Sekolah Lapang tahap ketiga berpusat di Sanggar Pesona Pusako Budaya Kotogadang dan berlangsung selama lima hari sejak Rabu-Minggu (2-6/7). Turut hadir saat pembukaan tersebut Camat Ampekkoto Subchan, Wali Nagari Kotogadang, Syafrianto, dan puluhan peserta dari 11 kabupaten/kota di Sumbar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *