ArtikelPariwisataSejarah

Fakta Menarik Monumen Jam Gadang, Cek Angka Empat Romawi!

×

Fakta Menarik Monumen Jam Gadang, Cek Angka Empat Romawi!

Sebarkan artikel ini

Lebih dari Sekadar Penunjuk Waktu

Jam Gadang (foto: pexels)

ARAHRAKYAT- Jam Gadang merupakan sebuah menara jam monumental dengan ketinggian mencapai 27 meter, berfungsi sebagai simbol arsitektur sekaligus identitas visual yang tak terpisahkan dari Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia.

Keempat sisinya dihiasi oleh piringan jam berukuran masif, masing-masing berdiameter 80 cm, sebuah fitur dominan yang melatarbelakangi penamaan lokalnya sebagai “Jam Gadang” sebuah frasa dalam bahasa Minangkabau yang secara harfiah bermakna “jam besar.”

Meskipun kajian historis mengenai proses konstruksinya masih relatif minim, dan titik tolak pembangunan yang presisi belum dapat dipastikan, penelusuran cermat yang dilakukan mengindikasikan bahwa ikon tersebut diresmikan pada tanggal 25 Juli 1927.

Konstruksi Jam Gadang

Penggerak Jam Gadang adalah sistem mekanik yang didatangkan secara langsung dari Rotterdam, Belanda, melalui pelabuhan Teluk Bayur.

Posisi mesin jam dan permukaan jam sendiri berada satu tingkat di bawah puncak menara. Pada bagian lonceng menara, terukir jelas nama pabrikan pembuatnya yaitu Vortmann Recklinghausen.

Nama “Vortmann” merujuk pada Benhard Vortmann, sang perancang jam, sementara “Recklinghausen” adalah kota di Jerman tempat mesin ini diproduksi pada tahun 1892.

Arsitektur dan Metamorfosis Bentuk

Jam Gadang jauh melampaui sekadar monumen fisik, ia menjelma menjadi saksi bisu perjalanan historis kota Bukittinggi yang panjang, merentang dari periode kolonial hingga pencapaian kemerdekaan.

Secara arsitektural, Jam Gadang menampilkan perpaduan distingtif antara unsur-unsur Eropa dan tradisi vernakular lokal.

Pada tahap awal konstruksinya, menara ini dihiasi oleh atap berbentuk kubah gereja, sebuah refleksi jelas dari dominasi pengaruh Eropa pada masa tersebut.

Peran dalam Sejarah Perjuangan

Jam Gadang tak sekadar penanda geografis, ia memegang peranan krusial dalam lembaran sejarah Indonesia.

Pada tahun 1945, kala proklamasi kemerdekaan digaungkan, Sang Saka Merah Putih untuk kali pertama berkibar megah di puncaknya, sebuah aksi heroik yang dipelopori oleh seorang pemuda setempat bernama Mara Karma.

Baca juga  Tradisi Ziarah Kubur Jelang Ramadan di Indonesia: Makna Spiritual dan Sosial

Momen ini lantas terukir sebagai lambang gigihnya perjuangan rakyat Indonesia dalam meraih kedaulatan.

Namun, Jam Gadang juga menyimpan memori pahit atas tragedi yang terjadi selama Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) antara tahun 1958-1961.

Di area sekitarnya, pertempuran sengit berkecamuk antara Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan pasukan PRRI, yang mengakibatkan ratusan korban jiwa dari kalangan warga sipil maupun pejuang PRRI.

Misteri Angka Romawi yang Terbalik

Pernahkah anda memperhatikan angka Romawi pada Jam Gadang? Ada keunikan tersendiri, yaitu angka Romawi IV yang ditulis sebagai IIII. Meskipun hingga kini belum ada penjelasan pasti mengenai hal ini.

Beberapa teori beredar, mulai dari kesalahan penulisan hingga sebuah pesan tersembunyi. Misteri ini justru menambah daya tarik dan membuat Jam Gadang semakin memikat perhatian.

Simbol Kebanggaan Masyarakat Bukittinggi

Bagi masyarakat Bukittinggi, Jam Gadang lebih dari sekedar bangunan. Ia merupakan simbol kebanggaan, identitas, dan kekayaan budaya.

Keberadaannya menjadi daya tarik utama bagi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, dan berkontribusi besar terhadap perekonomian lokal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *