Arahrakyat.com- Israel berencana memberlakukan pembatasan ketat di Kompleks Masjid Al Aqsa selama bulan Ramadan. Laporan dari lembaga penyiaran publik Israel, Kan, menyebutkan bahwa langkah ini akan melibatkan penempatan sekitar 3.000 polisi di beberapa pos pemeriksaan yang terletak di sepanjang jalur menuju Yerusalem Timur dan Masjid Al Aqsa.
Selain itu, otoritas Israel juga berencana untuk melarang warga Palestina yang baru dibebaskan oleh negara tersebut memasuki area kompleks Masjid Al-Aqsa. Aksi tersebut mendapat kecaman keras dari Gerakan Perlawanan Islam (Hamas).
“Kami, mengutuk dengan sekeras-kerasnya apa yang direkomendasikan oleh polisi pendudukan dan rencananya untuk membatasi akses jamaah ke Masjid Al-Aqsa yang diberkahi selama bulan Ramadan. Sehingga hanya sepuluh ribu jamaah yang diperbolehkan melaksanakan salat Jumat di dalamnya,” menurut laporan Hamas melalui siaran pers, Rabu (26/2).
Disampaikan, keputusan pembatasan itu diumumkan bertepatan dengan peringatan 31 tahun tragedi pembantaian Masjid Ibrahimi yang terjadi pada 25 Februari 1994. Peristiwa berdarah itu menewaskan puluhan jemaah Muslim yang tengah melaksanakan salat Subuh di masjid tersebut setelah serangan brutal oleh seorang ekstremis Yahudi, Baruch Goldstein.
“Al-Aqsa dulu dan akan tetap menjadi tempat suci Islam, tanpa tempat untuk pendudukan. Umat dan bangsa kita akan mengorbankan hidup dan jiwa mereka untuk tempat suci ini hingga benar-benar terbebas dari kotoran pendudukan,” terangnya.
Sejak kejadian itu, Israel memperketat pengawasan di kawasan Masjid Ibrahimi tersebut, membatasi akses umat Muslim, serta memberikan sebagian besar area tempat ibadah itu kepada kelompok ekstremis Yahudi.
Otoritas Palestina dan berbagai organisasi Islam menilai langkah terbaru Israel ini sebagai tindakan eskalatif yang berbahaya dan melanggar hukum internasional. Mereka menegaskan bahwa Masjid Ibrahimi adalah wakaf murni milik umat Islam dan bahwa setiap upaya untuk menguasainya tidak akan diterima oleh rakyat Palestina.
Keputusan ini menunjukkan niat sebenarnya dari penjajah Israel yang terus berusaha meyahudikan dan mengontrol Masjid Ibrahimi, serta merampas hak umat Muslim di sana.
Seruan untuk mempertahankan dan melindungi Masjid Al-Aqsa pun semakin kuat, terutama menjelang bulan suci Ramadan. Warga Palestina, khususnya penduduk Hebron, diminta untuk meningkatkan kehadiran mereka di area masjid guna menggagalkan upaya pendudukan yang bertujuan mengubah identitas serta struktur tempat suci tersebut.
Keputusan ini juga memicu reaksi keras dari berbagai pihak internasional. Beberapa organisasi hak asasi manusia dan negara-negara Muslim mendesak Israel agar menghentikan kebijakan sepihak yang semakin memperburuk situasi di wilayah pendudukan.
“Kami memperingatkan pemerintah musuh dan menganggapnya bertanggung jawab penuh atas konsekuensi dari terus menerapkan rekomendasi ini,” katanya.
“Kami menyerukan kepada Organisasi Kerja Sama Islam dan masyarakat internasional untuk mengambil tindakan serius guna menghentikan kejahatan dan pelanggaran pendudukan terhadap Masjid Al-Aqsa, dan berupaya agar rakyat kami dapat menjalankan hak mereka untuk menjalankan ibadah mereka dengan bebas di Masjid Al-Aqsa,” sambungnya. (AR-03)