Arahrakyat.com – Makam Lareh Canduang merupakan salah satu dari sederet kekayaan sejarah yang dimiliki Kabupaten Agam.
Makam ini sekaligus menjadikan Kabupaten Agam bukan hanya dikenal karena sejarah perjuangan Syekh Amrullah, ataupun cucunya Buya Hamka.
Namun daerah ini juga memiliki sejumlah peninggalan sejarah dari masa kolonial Belanda.
Makam Lareh Canduang terletak di Jorong Batu Belantai, Nagari Canduang Koto Laweh, Kecamatan Canduang.
Makam ini merupakan tempat peristirahatan Tuanku Lareh, atau yang dikenal dalam bahasa Belanda sebagai “Larashoofd,” yang berarti Kepala Laras.
Tuanku Lareh adalah jabatan adat yang dibuat oleh Pemerintah Kolonial Belanda di masa lampau.
Jabatan ini cukup terpandang di Minangkabau dan biasanya diberikan kepada para penghulu berpengaruh di wilayah tersebut.
Peran mereka adalah mengawasi masyarakat Minangkabau atas nama Belanda.
Kompleks Makam Lareh Canduang berdiri di lahan seluas 663 meter persegi dan merupakan bagian dari pemakaman keluarga Tuanku Lareh Canduang dari Suku Sikumbang.
Di dalamnya, terdapat tiga makam Tuanku Lareh Canduang yang masing-masing memiliki ukuran 51 x 24 meter.
Ketiga makam tersebut adalah makam Oenus Rajo Lenggang, yang menjabat sebagai Tuanku Lareh pada tahun 1842–1848, makam Thaib bergelar Khatib Sampono (1848–1857) dan makam Abdul Karim bergelar Datuak Panduko Sianso (mulai menjabat tahun 1857).
Kompleks makam ini telah ditetapkan sebagai situs cagar budaya oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat sejak tahun 2007.
Bentuk kompleks makam ini persegi panjang, dengan panjang 51 meter dan lebar yang bervariasi antara 13 meter di sisi barat dan 21 meter di sisi timur.
Untuk menjaga kelestariannya, area makam telah diberi pagar kawat berduri. Namun, pengunjung tetap diperbolehkan masuk untuk melihat makam tersebut lebih dekat.
Di dalam kompleks, pengunjung akan menemukan beberapa makam dengan nisan berbentuk menhir. Nisan terbesar memiliki struktur undakan yang dibuat dari batu kali dan semen. Bentuk nisan-nisan ini sederhana, pipih, lebar, dan berukuran besar.
Jika Anda tertarik berkunjung, akses ke makam ini sangat mudah. Lokasinya berada di pinggir jalan, sehingga bisa dijangkau dengan kendaraan roda dua, roda empat, atau transportasi lainnya.
Dari Kota Padang, jaraknya sekitar 59 kilometer atau sekitar 2,5 jam perjalanan darat. Anda bisa menggunakan transportasi umum maupun kendaraan sewaan untuk sampai ke sana.
Sebagai informasi, gelar Tuanku Lareh dulu diberikan kepada penghulu berpengaruh yang dianggap mampu bekerja sama dengan Belanda.
Meski begitu, banyak di antara mereka yang tetap memegang prinsip, meski ada pula yang tidak disukai masyarakat karena dianggap sebagai perpanjangan tangan kolonial.
Di masa itu, Tuanku Lareh dituntut tidak hanya setia kepada Belanda, tetapi juga mampu melindungi masyarakat di wilayahnya.