ARAHRAKYAT–Penanganan kasus keracunan massal akibat program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Agam terus berlangsung. Hingga Kamis (2/10) sore, total korban yang tercatat mencapai 113 orang. Dari jumlah itu, 64 pasien telah dinyatakan sembuh dan dipulangkan, sementara 49 lainnya masih menjalani perawatan intensif di beberapa fasilitas kesehatan.
“Sebagian besar pasien sudah pulang karena kondisinya membaik. Untuk pasien yang masih dirawat tersebar di RSUD Lubukbasung, Puskemas Lubukbasung, Puskesmas Manggopoh, dan RSIA Rizki Bunda,” kata Kepala Dinas Kesehatan Agam, Hendri Rusdian, kemarin.
Ia menyebutkan kasus awal sejak Rabu (1/10) hingga Kamis pagi tercatat 86 orang. Dari jumlah itu, 49 pasien sudah dipulangkan dari Puskesmas Manggopoh, tiga pasien sembuh di RSUD Lubukbasung, sementara 27 pasien lainnya masih dirawat, ditambah tiga pasien di RSIA Rizki Bunda.
Hingga Kamis siang, kasus kembali bertambah 24 orang, terdiri dari 11 pasien di Puskesmas Manggopoh (3 masih dalam observasi, 8 sudah pulang) dan 13 pasien di RSUD Lubukbasung (9 observasi, 4 sudah pulang). Terbaru, sore hari, pukul 14.30, RSUD Lubukbasung kembali menerima tiga pasien dengan gejala serupa.
“Dengan tambahan itu, total kasus kini berjumlah 113 orang. Terdiri dari pelajar TK, SD, SMP, guru, hingga orang tua. Dari jumlah tersebut, 64 sudah dipulangkan dan sisanya masih dirawat,” terang Hendri Rusdian.
Para korban umumnya mengalami gejala mual, muntah, pusing, hingga diare beberapa jam setelah menyantap nasi goreng dari program MBG yang dipasok dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Nagari Kampungtangah.
Pemerintah Kabupaten Agam telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) dan menghentikan sementara operasional dapur penyedia MBG tersebut. Sampel makanan sudah dikirim ke Balai Besar POM Padang untuk diteliti.
Sekretaris Kabupaten Agam, Muhammad Lutfi, menegaskan pemerintah tengah melakukan pelacakan terhadap sekolah-sekolah yang menerima distribusi makanan dari dapur itu.
“Jika ada siswa yang menunjukkan gejala, akan langsung ditangani. Penetapan KLB akan berlaku hingga kondisi benar-benar aman,” ujarnya.
Bupati Agam, Benni Warlis, menyampaikan keprihatinannya atas musibah ini. “Kami berharap anak-anak segera pulih, dan orang tua diberi kesabaran,” tegasnya.
Ia juga menegaskan, pemerintah daerah melalui BPBD, Dinas Kesehatan, dan pihak rumah sakit akan memastikan kebutuhan logistik serta layanan medis tersedia optimal bagi seluruh pasien yang terdampak.
Dalam rapat koordinasi MBG tingkat provinsi di Padang, Benni menegaskan pentingnya pengawasan ketat terhadap kualitas bahan pangan, proses pengolahan, hingga distribusi.
“Program MBG ini sangat baik untuk anak-anak kita, tapi harus dipastikan aman, higienis, dan sesuai standar kesehatan. Kita tidak ingin niat baik justru menimbulkan dampak yang merugikan,” tegasnya.
Malam Panjang Orangtua
Di ruang perawatan RSUD Lubukbasung, Kamis siang, Syafira Maydrianti, 11, masih terbaring lemas. Murid kelas 6 SDN 62 Batuhampar ini merupakan salah satu korban keracunan. “Matanya merah, mungkin karena menahan sakit. Tadi malam sakit perutnya makin parah, makanya dirujuk ke sini,” tutur ibunya, Darsusi, (38).
Bagi Darsusi, malam itu menjadi malam terpanjang. Ia nyaris tidak tidur menjaga putrinya yang terus mengeluh sakit perut. “Sekarang sakitnya sudah agak berkurang, cuma masih lemas. Kata dokter mungkin butuh lima hari perawatan lagi,” ucapnya.
Cerita serupa datang dari Yunidar (50), warga Padangtagak, Kampungtangah. Putri bungsunya, Tania Putri Siska, 8, tiba-tiba muntah-muntah di jalan pulang sekolah. Awalnya ia mengira hanya sakit biasa.
“Saya kasih obat mencret, tempel salonpas di kening. Tapi makin sore, wajahnya pucat, bibirnya membiru. Untung cepat dibawa ke rumah sakit,” katanya. Kini, Tania masih dirawat dan belum diperbolehkan pulang.
Tak hanya siswa, guru pun ikut terdampak. Iwan Caniago, guru SDN 09 Balaisatu, mengaku mulai muntah-muntah setelah mencicipi makanan dari siswanya. “Saat akan dimakan, siswa mencium bau busuk dari menu MBG. Saya coba mencicipinya, awalnya tidak terasa apa-apa. Namun menjelang magrib, saya mulai muntah-muntah,” ungkapnya.
Pemerintah daerah bersama Badan Gizi Nasional dan BPOM kini fokus menelusuri penyebab keracunan massal tersebut. Sementara itu, para orang tua korban hanya bisa berharap anak-anak mereka segera pulih, dan kejadian serupa tidak terulang.





