Uncategorized

Nestapa Nelayan Tanjung Mutiara: Paceklik Melaut Imbas Sulit dapat BBM

×

Nestapa Nelayan Tanjung Mutiara: Paceklik Melaut Imbas Sulit dapat BBM

Sebarkan artikel ini

ARAHRAKYAT– Nelayan di wilayah pesisir Tanjung Mutiara, Agam, menjerit akibat kesulitan mendapat bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis pertalite. Kondisi ini membuat aktivitas melaut mereka tersendat, sebagian besar bahkan terpaksa gantung jangkar.

Musim paceklik melaut ini sudah dialami nelayan setempat sejak sepekan terakhir. Persisnya semenjak SPBU Banda Gadang yang biasa mereka andalkan memperoleh BBM berhenti beroperasi.

“Kami benar-benar kesulitan mendapat BBM saat ini. Kondisi ini sangat memukul mata pencaharian kami,” kata Kadri (38), nelayan asal Pasia Tiku, Tanjung Mutiara, Sabtu (17/5/2025).

Sebagai nelayan, ia mengaku, butuh puluhan liter pertalite untuk sekali melaut. Sedikitnya 35 liter. Pasokan BBM ini biasanya ia dapat di SPBU Banda Gadang yang memang melayani isian BBM nelayan Tanjung Mutiara.

Namun, semenjak Pertamina menghentikan distribusi BBM ke SPBU tersebut pekan lalu, banyak nelayan kelimpungan. Kadri sendiri terpaksa memilih berhenti melaut.

Kendati begitu, Kadri berharap, kelangkaan BBM ini tidak berlangsung lebih lama. Kelamaan menepi, menurutnya, akan mengancam kelangsungan hidup keluarganya, termasuk para nelayan lainnya.

“Demi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, ada yang memilih tetap melaut meski harus kalang kabut mencari BBM. Namun banyak juga yang berhenti, bahkan ada yang harus berhutang untuk sekadar makan saat ini,” akunya.

Sebagaimana diketahui, mayoritas masyarakat di pesisir Tanjung Mutiara, berprofesi sebagai nelayan dan sangat bergantung pada hasil tangkapan laut.

Wali Nagari Tiku Selatan, Ismardi mengaku hampir setiap hari menerima aduan dari warga, mulai dari pemilik kendaraan roda dua dan empat, hingga nelayan yang kini tak bisa melaut.

“Kalau ini dibiarkan, ekonomi masyarakat akan makin terpuruk. Terutama nelayan di Tiku Selatan yang menggantungkan hidup sepenuhnya dari laut,” ujar Ismardi.

Ia berharap persoalan ini segera ditangani. Termasuk mendesak Pertamina untuk kembali menyalurkan BBM ke SPBU Banda Gadang dan meminta pihak SPBU lebih berhati-hati dalam proses pengisian tangki agar kesalahan serupa tidak terulang.

Di lain sisi, penghentian penyaluran BBM oleh Pertamina ke SPBU Banda Gadang bukan tanpa sebab. Kebijakan tersebut menjadi sanksi atas ulah SPBU tersebut yang menjual BBM jenis pertalite bercampur solar ke konsumen.

Tarcampurnya pertalite dan solar di SPBU itu terjadi Rabu (7/5/2015) lalu, yang kemudian tetap dijual ke konsumen esok harinya. Insiden ini banyak memicu kerusakan kendaraan konsumen.

Pihak SPBU sempat membuka layanan perbaikan bagi kendaraan yang terdampak sebagai bentuk tanggungjawab. Namun tetap, Pertamina mengambil langkah tegas dengan menghentikan penyaluran BBM ke SPBU tersebut.

Pengawas SPBU Banda Gadang, Edwind Tanjung, sebelumnya mengklaim kejadian tersebut murni disebabkan oleh kesalahan manusia (Human Error) dan bukan unsur kesengajaan.

Meski begitu, investigasi oleh pihak Pertamina dan aparat kepolisian masih berlangsung untuk memastikan penyebab pasti insiden serta mencegah kejadian serupa di masa mendatang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *