Internasional

Trump Sebut Iran Belum Setuju Hentikan Pengayaan Uranium

×

Trump Sebut Iran Belum Setuju Hentikan Pengayaan Uranium

Sebarkan artikel ini

ARAHRAKYAT– Gejolak diplomatik dan militer terkait program nuklir Iran semakin memanas menyusul pernyataan tegas dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dan respons drastis dari Teheran.

Trump mengklaim bahwa Iran belum menunjukkan kesediaan untuk membuka diri terhadap inspeksi program nuklirnya atau menghentikan aktivitas pengayaan uranium.

Sementara Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) telah menarik inspektur-inspekturnya dari Iran di tengah kebuntuan yang mendalam.

Dalam pernyataannya kepada awak media di Air Force One pada hari Jumat, dikutip dari Aljazeera, Presiden Trump menyuarakan keyakinannya bahwa program nuklir Teheran telah “dihentikan secara permanen.”

Meskipun demikian, ia mengakui kemungkinan bahwa Iran dapat memulai kembali aktivitas tersebut di lokasi yang berbeda.

Trump menegaskan komitmennya untuk tidak membiarkan Iran melanjutkan program nuklirnya, seraya mengindikasikan adanya keinginan dari para pejabat Iran untuk berdialog dengannya.

Situasi ini diperparah dengan keputusan IAEA pada hari Jumat untuk menarik seluruh inspekturnya dari wilayah Iran. Penarikan ini terjadi di tengah kebuntuan yang semakin parah terkait akses kembali mereka ke fasilitas nuklir Iran yang sebelumnya telah menjadi sasaran serangan militer oleh Amerika Serikat dan Israel.

Perspektif Konflik dan Klaim Senjata Nuklir

Amerika Serikat dan Israel secara konsisten menuduh Iran memperkaya uranium dengan tujuan pengembangan senjata nuklir.

Namun, Teheran secara tegas membantah tuduhan ini, berulang kali menegaskan bahwa program nuklirnya semata-mata ditujukan untuk kepentingan sipil.

Penting untuk dicatat bahwa hingga saat ini, baik intelijen Amerika Serikat maupun kepala pengawas nuklir PBB, Rafael Grossi, belum mengemukakan bukti konkret yang menunjukkan bahwa Teheran sedang dalam proses membangun senjata nuklir.

Eskalasi konflik militer telah menambah kompleksitas situasi ini. Israel melancarkan serangan militer pertamanya terhadap situs nuklir Iran tiga minggu lalu, sebagai bagian dari perang 12 hari dengan Republik Islam.

Baca juga  Kecam Penembakan 5 PMI oleh Otoritas Malaysia, DPR RI: Gunakan Cara-cara Soft Approach

Amerika Serikat kemudian turut campur tangan, melancarkan serangan besar-besaran terhadap situs yang sama pada 22 Juni, menunjukkan dukungan kuatnya terhadap sekutu setia mereka.

Sejak pecahnya konflik tersebut, para inspektur IAEA tidak dapat menjalankan tugas pemantauan mereka di fasilitas nuklir Iran.

Meskipun demikian, Grossi telah menekankan “pentingnya krusial” untuk segera mengadakan pembicaraan dengan Iran demi melanjutkan upaya pemantauan dan verifikasinya.

Ketidakpercayaan Iran Terhadap IAEA

Pasca-serangan militer oleh AS dan Israel, Iran, yang menyatakan masih teguh pada Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT), secara terang-terangan menunjukkan peningkatan ketidakpercayaannya terhadap IAEA.

Sejak awal konflik, pejabat Iran melontarkan kritik pedas terhadap badan pengawas nuklir tersebut.

Mereka tidak hanya mengecam kegagalan IAEA dalam mengutuk serangan Israel dan AS, tetapi juga menyoroti resolusi yang dikeluarkan IAEA pada 12 Juni, yang menuduh Teheran tidak mematuhi kewajiban nuklirnya, sehari sebelum Israel melancarkan serangannya.

Puncak ketidakpercayaan ini terjadi pada hari Rabu, ketika Presiden Iran Masoud Pezeshkian secara langsung memerintahkan pemutusan hubungan dengan pengawas nuklir tersebut.

Sebuah rancangan undang-undang untuk menangguhkan kerja sama dengan IAEA telah disahkan oleh parlemen Iran dan disetujui oleh Dewan Wali negara tersebut.

Juru bicara Dewan Wali, Hadi Tahan Nazif, menjelaskan bahwa keputusan ini diambil sebagai bentuk penghormatan penuh terhadap kedaulatan nasional dan integritas teritorial Republik Islam Iran.

Rancangan undang-undang itu sendiri menyatakan bahwa penangguhan ini. “Akan tetap berlaku hingga kondisi tertentu terpenuhi, termasuk jaminan keamanan fasilitas nuklir dan ilmuwan,” demikian dilaporkan televisi pemerintah Iran.

Meskipun IAEA menyatakan bahwa Iran belum secara resmi memberitahunya mengenai penangguhan apa pun, ketidakpastian mengenai kapan inspektur badan tersebut dapat kembali ke Iran masih membayangi.

Baca juga  Tunggu Pembeli, Pengedar Sabu Diamankan di Sungai Batang

Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi pada hari Senin dengan tegas menolak permintaan Grossi untuk mengunjungi fasilitas nuklir yang dibom oleh Israel dan AS.

“Desakan Grossi untuk mengunjungi lokasi yang dibom dengan dalih perlindungan tidak ada artinya dan bahkan mungkin bermaksud jahat,” ujar Araghchi.

Amerika Serikat mengklaim bahwa serangan militer mereka telah menghancurkan atau merusak parah tiga lokasi pengayaan uranium Iran.

Namun, nasib sebagian besar dari sembilan ton uranium yang diperkaya Iran, khususnya lebih dari 400 kg (880 pon) yang diperkaya hingga kemurnian 60 persenyang merupakan langkah lebih dekat namun belum mencapai mutu senjata pada 90 persen atau lebih masih belum jelas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *